Bicara tentang kelahiran, kita bicara tentang harapan, kehidupan, dan peran sentral seorang pendamping persalinan. Profesi yang kini kita kenal sebagai kebidanan bukanlah hal baru. Ia adalah salah satu profesi tertua di dunia, yang telah menemani perjalanan manusia dari peradaban kuno hingga era teknologi mutakhir. Melihat perkembangan kebidanan dari zaman ke zaman adalah melihat evolusi kemanusiaan itu sendiri.


I. Masa Kegelapan dan Kebaikan: Kebidanan di Era Peradaban Kuno (Sebelum 1500 M)

Pada zaman dahulu, kelahiran adalah urusan perempuan. Tidak ada dokter pria yang terlibat dalam proses sakral ini. Peran pendamping persalinan sepenuhnya dipegang oleh seorang perempuan yang dikenal sebagai dukun bayi, atau dalam konteks global, midwife (yang secara harfiah berarti “bersama perempuan”).

Dukun Bayi: Kekuatan Tradisi dan Kearifan Lokal

Di Mesir Kuno, Yunani Kuno, hingga peradaban Asia, dukun bayi memiliki status sosial yang tinggi. Mereka adalah perempuan yang dihormati karena dianggap memiliki kearifan turun-temurun dan spiritualitas.

  • Mesir Kuno: Relief-relief kuno menunjukkan dukun bayi membantu perempuan melahirkan dengan posisi jongkok di atas “kursi bersalin.” Mereka menggunakan mantra dan herbal tradisional.
  • Yunani dan Romawi: Dalam tulisan Hippocrates dan Soranus dari Efesus, sudah ada catatan mengenai etika dan perkembangan teknik kebidanan, termasuk cara mengatasi kesulitan persalinan dan perawatan bayi baru lahir. Soranus, khususnya, dianggap sebagai “Bapak Kebidanan” karena karyanya Gynaecology pada abad ke-2 M.

Meskipun minim ilmu anatomi, keberhasilan mereka bergantung pada kesabaran, intuisi, dan praktik tradisional yang terbukti secara empiris. Sayangnya, pengetahuan ini bersifat lisan dan rentan hilang.

Kebidanan di Masa Abad Pertengahan

Abad pertengahan di Eropa menjadi masa yang sulit bagi perkembangan kebidanan. Meskipun dukun bayi masih menjadi tumpuan utama, mereka sering kali menjadi korban takhayul dan perburuan penyihir. Di satu sisi, pengetahuan medis gereja mulai masuk, tetapi di sisi lain, praktik medis masih didominasi oleh kepercayaan mistis.

Namun, di Timur Tengah, ilmu kedokteran mengalami kemajuan pesat. Para ilmuwan muslim mencatat dan mengembangkan teknik persalinan, menjauhkan praktik perkembangan kebidanan dari takhayul dan mendekatkannya pada pengamatan klinis.


II. Revolusi Pengetahuan: Kebidanan di Era Renaissance dan Pencerahan (1500–1800 M)

Periode Renaissance dan Pencerahan menandai babak baru. Ketertarikan pada ilmu anatomi dan penemuan ilmiah mulai mengubah pandangan terhadap persalinan.

Masuknya Dokter Pria dan Alat Bantu

Perubahan besar terjadi ketika dokter pria, yang memiliki akses lebih besar ke pendidikan dan ilmu anatomi, mulai memasuki ruang bersalin. Awalnya, intervensi mereka hanya diizinkan untuk kasus persalinan sulit (distosia).

Penemuan kunci pada abad ke-17 adalah forseps persalinan. Alat ini, yang dikembangkan secara rahasia oleh keluarga Chamberlen di Inggris, memungkinkan ekstraksi bayi yang sulit dan menyelamatkan banyak nyawa. Namun, penggunaan alat ini juga membawa risiko dan terkadang disalahgunakan, memicu perdebatan sengit antara dukun bayi dan dokter.

Lahirnya Buku Ajar dan Sekolah Kebidanan

Pada abad ke-18, profesionalisasi kebidanan dimulai. Buku-buku ajar kebidanan mulai dicetak, yang paling terkenal adalah The Compleat Midwife’s Practice karya Jane Sharp.

  • Pendidikan Formal: Sekolah-sekolah kebidanan pertama mulai didirikan, seperti di Paris dan London. Ini adalah upaya untuk meningkatkan standar praktik dukun bayi melalui pengetahuan ilmiah dasar dan anatomi, bukan hanya kearifan tradisional.

Baca Juga: Mengapa Bidan adalah Profesi Mulia?


III. Era Ilmiah dan Sanitasi: Kebidanan di Abad ke-19 dan Awal Abad ke-20

Abad ke-19 adalah masa ketika ilmu pengetahuan benar-benar mengubah wajah kebidanan, terutama dalam hal pencegahan infeksi.

Musuh Tak Terlihat: Demam Nifas

Angka kematian ibu akibat puerperal fever (demam nifas) sangat tinggi di rumah sakit. Kisah heroik Ignaz Semmelweis, seorang dokter Hungaria, menjadi catatan penting. Ia menemukan bahwa mencuci tangan dengan larutan klorin dapat secara drastis menurunkan tingkat kematian ibu. Temuannya, meskipun awalnya ditolak, menjadi dasar penting bagi praktik aseptik (steril) dalam persalinan.

Kebidanan di Indonesia: Dari Dukun ke Bidan Negara

Di Indonesia, sistem kebidanan mulai diatur oleh pemerintah kolonial Belanda.

  • 1851: Sekolah bidan pertama didirikan di Batavia, khusus untuk melayani istri tentara Belanda.
  • 1900-an: Pendidikan bidan untuk perempuan pribumi dibuka. Lulusan bidan ini kemudian dikenal sebagai Bidan Desa yang berperan besar dalam pelayanan kesehatan masyarakat, terutama di daerah terpencil. Peran bidan mulai diresmikan sebagai tenaga kesehatan negara.

IV. Ekspansi dan Profesionalisasi: Kebidanan Modern (Abad ke-20 hingga Sekarang)

Abad ke-20 dan ke-21 membawa kebidanan pada puncaknya sebagai profesi yang diakui secara global.

Bidan Sebagai Penjaga Kesehatan Ibu dan Anak

Fokus bidan bergeser. Mereka tidak lagi hanya menolong persalinan, tetapi menjadi penyedia layanan komprehensif:

  • Antenatal Care (ANC): Perawatan kehamilan rutin untuk mendeteksi risiko dini.
  • Postnatal Care (PNC): Perawatan setelah melahirkan, termasuk konseling menyusui dan KB.
  • Advokasi: Bidan kini menjadi advokat bagi hak-hak perempuan dan kesehatan reproduksi.

Kebidanan Berbasis Bukti (Evidence-Based)

Saat ini, praktik kebidanan sangat didukung oleh riset dan bukti ilmiah. Bidan wajib mengikuti protokol terbaru, seperti inisiasi menyusu dini (IMD) dan Asuhan Sayang Ibu (ASI). Standar global dari WHO dan FIGO (Federasi Ginekologi dan Kebidanan Internasional) menjadi acuan.

Bidan Indonesia di Era Global

Di Indonesia, bidan menghadapi tantangan baru:

  1. Pendidikan Berjenjang: Pendidikan bidan kini bervariasi dari Diploma hingga Magister, memastikan kualitas lulusan.
  2. Otonomi Profesi: Bidan memiliki praktik mandiri, yang diatur ketat oleh undang-undang, memberikan mereka otonomi penuh dalam layanan kebidanan normal.
  3. Tantangan Urbanisasi: Bidan kini harus siap melayani di berbagai latar, mulai dari desa terpencil hingga klinik modern di kota besar.

Peran bidan saat ini adalah sebagai gatekeeper persalinan normal. Mereka bertugas mempromosikan persalinan alami yang aman dan merujuk kasus berisiko tinggi kepada dokter spesialis.


V. Masa Depan Kebidanan: Sentuhan Teknologi dan Humanisme

Masa depan kebidanan akan diwarnai oleh teknologi dan humanisme. Aplikasi mobile membantu bidan memantau kehamilan jarak jauh, sementara telemedicine memungkinkan konsultasi di daerah terpencil.

Namun, yang terpenting, nilai inti kebidanan—kehadiran yang empatik, sentuhan yang menenangkan, dan dukungan yang non-intervensi—akan selalu menjadi pusat. Bidan adalah jembatan antara teknologi medis canggih dan kebutuhan dasar manusia akan perhatian dan dukungan selama proses kelahiran. Profesi ini akan terus berevolusi, tetapi intinya tetap: to be with woman.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *